Hal-hal Jabatan Dewasa Awal: Pemilihan dan Penentuan Jabatan


Hallo guys, today I want to share you about Things of Job the first adult. Okay, let's check it do..
Hal-hal Jabatan Dewasa Awal: Pemilihan dan Penentuan Jabatan
Dalam pemilihan dan penentuan jabatan bukan hal mudah untuk di laksanakan. Karena perlu beberapa pertimbangan yang matang, agar apa yang menjadi keputusan bukan menjadi kerumitan yang sukar diperbaiki. Maka dari itu, kami akan menjelaskan sedikit banyaknya mengenai beberapa hal tersebut dari beberapa sub bab dibawah ini sebagai berikut:
Pemilihan dan Penentuan Jabatan Suatu Proses
Begitu dianggap  pentingnya pemilihan dan penentuan jabatan sehingga banyak para ahli yang meneliti dan melahiran teorinya. Salah satu teori hasil penelitian yang dibukukan dalam buku “Occuptional Choice: An Approach to a Theory” (1951) menekankan bahwa pemilihan dan penentuan jabatan pekerjaan itu merupakan suatu proses, terjadi di dalam waktu yang lama tidak dalam waktu yang singkat tanpa pendahuluan, punya “sejarah” yang penjang. Dengan demikian, pemilihan jabatan-pekerjaan membutuhan proses yang tidak singkat seperti begitu saja. Melainkan perlu adanya seperangkat keputusan yang berkesinambungan dengan keputasan sebelumnya dan keputusan yang akan datang. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil dan mungkin tidak mungkin akan ada kegagalan jika salah mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan-keputusan yang diambil itu tergantung pada usia kronologis seseorang dan bergantung pula pada usia mentalnya. Pada dewasa awal dalam penentuan jabatan biasanya dilihat dari berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan aspek-aspek individualnya, dan faktor-faktor sosial, faktor ekonomi, faktor keluarga dan faktor-fator lainnya.
 
Arti penting Pemilihan Jabatan
Pentingnya pemilihan jabatan dapat dirasakan ketika sudah merasa tepat dengan jabatan yang telah dipilih, sebagai hasil keputusan seseorang yang mendatangkan kepuasan bagi individu yang bersangkutan dan melahirkan ketenang dalam kehidupan masyarakat. Pentingnya suatu jabatan tertentu tidak hanya penting bagi individu itu saja melain juga bagi masyarakat. Mengapa demikian, pentingnya bagi individu jabatan-pekerjaan merupakan  suatu alat dalam realisasi diri dan merupakan salah satu unsur penting dalam ingritas pribadi. Sedangkan bagi masyarakat, merupakan suatu faktor pengikat dalam jalinan kehidupan bermasyarakat. Selain hal yang diatas, pentingnya pemilihan jabatan-pekerjaan merupakan suatu pilihan jalan hidup  seseorang dalam menjalanan hidupnya khususnya pada masa dewasa awal. Pada dewasa awal pasti akan melalui masa-masa kesulitan dalam memilih jalan hidup yang seperti apa yang akan ditempuh, hal berkaitan dengan jabatan-pekerjaannya sebagai masa awal dan langkah awal menuju kehidupan yang diharapkan individu yang bersangkutan.
Hal tersebut tak terlepas dari hasil pengamat para ahli psikologi dan sosiologi dalam dunia jabatan-kerja banyak yang sepakat bahwa pemilihan pekerjaan merupakan wakil dari pemilihan jalan hidup seorang dewasa dalam tahun-tahun pertama masa dewasanya. Dimana masa kehidupan  orang dewasa dihabiskan dalam dunia kerja jabatannya.  Juga merupaan perwujudan kebutuhan, keinginan, nilai-nilai, cita-cita dan sebgai citra dirinya. Selin itu, jabatan-kerja dapat melahirkan perananya dalam dunia kerja, seperti merasakan ketenangan, ketegangan, dan kebahagiaan atau kecemasan yang dapat dipahami oleh individu lain di lingkungan kerjanya.
Kegagalan sesorang dalam memilih jabatan-pekerjaan dapat mengganggu secara psikologis dan bahkan kehancuran psikis. Bagi individu yang gagal tersebut awalnya akan merasakan tidak aman, kurangnya rasa percaya diri dan merasa tidak berguna. Tidak hanya itu, perubahan siap dan nilai-nilai akan terproyeksi keluar (dalam diri, keluarga, dan lingkingan masyarakat). Bila individu tersebut agresif, mungkin sekali dapat bertindak kriminal seperti, merampok, membunuh, dan bahkan menjadi pemberontak yang membahayakan.
Agaknya cukup terang bahasan bahwa pentingnya pemilihan pekerjaan khususnya bagi dewasa awal. Sangat penting dalam kehidupan individual dan sosial.  

Kesulitan-kesulitan dalam pemilihan Pekerjaan
Kesulitan-kesulitan dalam pemilihan jabatan merupakan penghambat yang dihadapi oleh seorang individu yang bersangkutan dalam menentukan jabata. Kesulitan-kesulitan  tersebut dapat bersumber pada faktor-faktor individu yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut berupa faktor keluarga, faktor kondisi kerja (kesempatan kerja, keterampilan yang dimiliki, dan lain-lain). Faktor-faktor tersebut tidak hanya dialami oleh individu yang tidak sekolah tetapi juga mereka yang mengenyam pendidikan tinggi.
Kesulitan yang sering dialami oleh individu yang tidak sekolah seringkali dihadapi dengan kesulitan kurang keterampilan yang dimiliki untuk menangani pekerjaan tertentu. Lain hal dengan yang berpendidikan tinggi, juga tidak lupt dari kesulitan tersebut. Kata para ahli, mereka umumnya memiliki sifat ego yang efektif dan otonom, yang merupaan ciri manusia yang beraspirasi tinggi untuk mobilitas sosial ke atas (Douvan dan Adelson; 1959). 
Keluarga khususnya orangtua, merupakan faktor yang tidak jarang menimbulkan kesulitan seorang dewasa awal dalam pemilihan jabatan-pekerjaan. Para ahli sepakat bahwa orangtua mempunyai pengaruh kuat terhadap proses pembentukan pribadi, kebutuhan dominan, aspirasi, nilai, bahkan citra diri seorang pemuda.
Kondisi kerja adalah salah satu faktor yang tidak kalah rumitnya. Kesempatan kerja menyempit dari tahun ke tahun. Pekerjaan yang disukai atau dimintipun menjadi sulit karena tidak diketahuinya  prospek mendatadangkannya.    

Penentuan Jabatan dan Keperluan Bimbingan
Penentuan jabatan merupakan klimas dari seluruh suatu usaha dalam rangka pemilihan jabatan-pekerjaan dengan berbagai kompleksitas. Dan keperluan bimbingan sebenarnyar tidak hanya penentuan jabatan saja, melainkan pada prmilihan jabatan, dan proses pertumbuhan juga penyesuaian jabatan-pekerjaan. Perlunya adanya bimbingan bagi para dewasa awal pencari kerja karena adanya kesulitan-kusilitan sebagaimana sebelumnya sudah diterangkan. Kesulitan tersebut dimulai dari jenis jabatan-pekerjaan, persiapan untuk pemilihan dan penentuan jabatan-pekerjaan.
Lebih rumit lagi dalam penentuan jabatan-pekerjaan yang akan dimasuki. Hal tersebut tentu menjadi masalah, dimana masalah-masalah yang dihadapi seperti, masalah tidak cocoknya antara keterampilan dan pengetahuan. Tidak sepadannya kemampuan, bakat, minat, dan sebagainya antara satu pihak dengan orangtua dan pihak lainnya.  Dan masalah tidak sesuainya antara kemampuan, bakat, keterampilan, antara satu pihak dengan aspirasi jabatannya sendiri pada lain pihak.

Sumber: Buku
Dr. Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Malang: USAHA NASIONAL

Contoh Teks Moderator

Hallo guys!! Ketemu lagi  dengan saya diblog berbagi bersama Nita Lasmana, kali ini saya mau kasih contoh teks moderator buat kamu, utamanya para sobat yang kebagian jadi moderator pada Presentasi dikelas dalam proses diskusi kelompok. Ini hanya sebagai gambaran aja guys, untuk lebih bagus lagi kalian cari dulu langkah-langkah membuat teks moderator yang baik dan benar ya guys,,, untuk langkah singkat dari saya sih kamu cukup tau beberapa poin penting aja misal diantaranya ;
1. Kamu harus tau tema yang akan kamu sampaikan
2. Pembicara yang akan mempresentasikan
3. Menyampaikan kesimpulan

Nah itu tadi cara singkat dari saya guys,, kalo saya sih gak suka yang ribet-ribet. Heheh. Tapi sobat jangan ikutin saya ya! Itu kurang baik... :-)

Contoh teks moderator
Teks Moderator
Assalamualaikum.wr.wb
Sebelumnya, selamat datang kami sampaikan kepada seluruh peserta diskusi yang sudah berkanan hadir di acara diskusi ini. Terutama kepada dosen pembimbing Ibu Ratna Sari Dewi, S.Pd.,M.Pd. yang telah hadir dalam diskusi kali ini.
Diskusi pada kesempatan kali ini diangkat dan dilatarbelakangi oleh “ Saran Untuk Strategi Pendidikan Sepanjang Hayat” yang mana hal tersebut sangat dibutuhkan oleh kita semua.
 Adapun pembicara sekaligus materi yang akan disampaikan pada diskusi kali ini adalah sebagai berikut:
–  dengan materinya....
–  dengan materinya....
–  dengan materinya....
– dengan materinya....
– dengan materinya....
–  dengan materinya....
Sebelum kita mulai diskusi, marilah kita ucapkan kalimat basmalah bersama-sama “Bismillahirahmaanirrohiim”.
Baik untuk mempersingkat waktu marilah kita mulai diskusi kali ini dengan materi pertama yang akan disampaikan oleh .... untuk waktu dan tempat kami persilahkan.
Terima kasih kepada ... yang sudah menyampaikan materinya

Untuk materi kedua akan disampaikan oleh .... untuk waktu dan tempat kami persilahkan.
Terima kasih kepada ... yang sudah menyampaikan materinya

Untuk materi ketiga akan disampaikan oleh .... untuk waktu dan tempat kami persilahkan.
Terima kasih kepada ... yang sudah menyampaikan materinya

Untuk materi keempat akan disampaikan oleh .... untuk waktu dan tempat kami persilahkan.
Terima kasih kepada ... yang sudah menyampaikan materinya

Untuk materi kelima akan disampaikan oleh .... untuk waktu dan tempat kami persilahkan.
Terima kasih kepada ... yang sudah menyampaikan materinya

Untuk materi keenam akan disampaikan oleh .... untuk waktu dan tempat kami persilahkan.
Terima kasih kepada ... yang sudah menyampaikan materinya

Alhamdulillah, penyampaian materi kali sudah kita ikuti bersama. Untuk mempersingkat waktu kami akan melanjutkan acara selanjutnya yaitu sesi tanya jawab.

Sebelum kami memulai sesi tanya jawab bahwa kami sampaikan ada beberapa aturan yaitu sebagai berikut:
1. Dalam sesi tanya jawab hanya ada 3 penanya dengan masing-masing satu pertanyaan
2. Pertanyaan akan kami tampung terlebih dahulu kemudian baru kami jawab
3. Dalam proses menjawab pertanyaan Peserta diskusi dapat memberikan tambahan atau sanggahannya dengan syarat berdiri terlebih dahulu .
4. Diharapkan untuk tertib selama proses tanya jawab berlangsung

Baiklah, susunan acara sudah kita lewati satu persatu yang mana akhirnya menyampaikan kita kepada kesimpulan hasil diskusi kali adalah “....... “
Sebelum kami menutup diskusi kali ini marilah kita bersama-sama mengucapkan kalimat hamdalah” Alhamdulillah”
Untuk waktu dan tempat kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam proses diskusi kali ini kami belum sempurna teruama dalam pemaparan materi yang kami sampaikan. Dan kami kembalikan kepada Ibu Ratna Sari Dewi, S.Pd.,M.Pd.


Thank's ya guys udah mau mampir diblog ini.  Tunggu postingan selanjutnya ya :-)

Teori Kritis dan Sosiologi Kritis

Rangkuman Teori Kritis dan Sosiologi Kritis

Berpikir kritis adalah berpikir secara dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir secara totalitas. Totalitas bukan berarti semata-mata keseluruhan di mana unsur-unsurnya yang bertentangan berdiri sejajar. Berpikir  berpikir dialektis adalah berpikir dalam perspektif empiris historis antara kesatuan teori dan praksis, namun pengertian teori dan praksis ini sering menjadi persoalan).
Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max Hokheimer pada tahun 30-an. Awalnya teori kritis berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal modernitas berkaitan dengan nalar dan kebebasan. Pemaknaan ini dilakukan dengan mengungkap deviasi dari gagasan-gagasan ideal tersebut dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan, dan institusi politik borjuis.Teori Kritis juga  merupakan salah satu dari teori sosiologi, yang dikenal dengan teori kritik masyarakat. Teori ini bermaksud untuk mengubah masyarakat baik secara ontologis, epistemologis maupun aksiologis. Teori kritis secara dialektis merupakan perkembangan lanjut dari teori tradisional. Teori kritis dikaji melalui dialektika antara teori kritis dengan teori tradisional, di samping itu ia juga bermaksud membongkar kedok-kedok teori tradisional.
Karl Marx dan generasinya menganggap Hegel sebagai orang terakhir dalam tradisi besar pemikiran filosofis yang mampu ”mengamankan” pengetahuan tentang manusia dan sejarah. Namun, karena beberapa hal, pemikiran Marx mampu menggantikan filsafat teoritis Hegel. Menurut Marx, hal ini terjadi karena Marx menjadikan filsafat sebagai sesuatu yang praktis; yakni menjadikannya sebagai cara berpikir (kerangka pikir) masyarakat dalam mewujudkan idealitasnya. Dengan menjadikan nalar sebagai sesuatu yang ’sosial’ dan menyejarah, skeptisisme historis akan muncul untuk merelatifkan klaim-klaim filosofis tentang norma dan nalar menjadi ragam sejarah dan budaya forma-forma kehidupan.
Dan dapat diartikan sebagai teori yang menggunakan metode reflektif dengan melakukan kritik secara terus-menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada. Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan sosial. Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan interpretatif dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dan keadilan yang secara tradisional merupakan bahasan filsafat. Dengan tetap memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam tradisi filsafat, teori kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian sosial empiris tertentu, yang digunakan untuk memahami klaim normatif itu dalam konteks kekinian.



Tujuan dan Karakteristik Teori Kritis

- Menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan.
- Menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Adapun ciri-cirinya ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadi emansipatoris. Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.
Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik.

Macam-macam Teori Kritis

1. Rasionalitas Positif-Negative  (J.Hebermass)
"pemikiran Habermas menoleh kedalam dua hal, yakni disatu sisi kepada sistem dengan mekanisme dominasi dan distorsi yang diakibatkannya kepada dunia kehidupan, dan disisi lain kepada perumusan pemikiran untuk menciptakan tatanan yang lebih bermoral.merumuskan dua macam rasionalitas, yakni rasionalitas instrumental, yang merupakan bentuk rasionalitas yang membenarkan sistem penindasan oleh logika sistem administrasi dan ekonomi kapitalis untuk mencapai efiensi dan efektifitas sebesar-besarnya demi keuntungan yang bersifat strategik, dan rasionalitas komunikatif, yang berupaya mewujudkan penciptaan ruang publik kritis dan mempunyai potensi untuk mencapai emansipasi melalui komunikasi yang bebas dominasi dan setara.
2. Teori hegemoni  (Antonio Gramsci)
"Hegemoni adalah dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana kelas yang berkuasa mampu mengadakan kepemimpinan moral dan intelektual (moral and intellectual leadership).Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan.
3. Teori Ingatan dan Sejarah Masa Lalu Manusia, Walter Benjamin (1892-1940)
Menurut Benjamin, masa lalu dan masa kini memiliki hubungan sekaligus berada dalam sebuah konstelasi, bukan demi memiliki dirinya sendiri. Paham atau pemikiran Benjamin demikian muncul dari refleksi dirinya atas sejarah kehidupan manusia dalam bentuk kritik dirinya terhadap paham historisisme, yang juga secara khusus ia kenakan kepada diri Horkheimer yang mengatakan bahwa sejarah manusia adalah tertutup-closed.
4. Teori Keterpisahan Eksistensial (Erich Fromm)
"Fromm merumuskan keterpisahan eksistensial ini dalam kecemasan. Ia berusaha mengangkat perasaan cemas dan kekalutan yang dialami manusia bahwa mereka akan ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka kasihi atau mereka akan lebih dulu meningglkan orang-orang terkasihnya.
5. Teori Tindakan komunikatif (Communicative Action Theory), J.Hebermas
Teori tindakan komunikatif menyatakan adanya situasi ideal (ideal speech situation) yang memungkinkan manusia melakukan komunikasi secara terbuka dan setara sebagai basis bagi terciptanya kesungguhan (sincerity), kejujuran (truthfulness) dan interaksi yang intelektual (intelligibility).
6. Public Opinion Theory (Walter Lippmann 1922)
Istilah “komunikasi massa” yang secara umum kita kenal, pada massa itu  belum dikenal, yang digunakan adalah istilah “public opinion”. Lippmann juga menyatakan bahwa peran media massa dalam membentuk opini public. Yang menjadi konsen Lippman adalah kebutuhan akan kebebasan media massa yang secara normative dan public yang terinformasikan.